Rabu, 14 Januari 2015

Mencari Jejak Prabu Anglingdarma di Bojonegoro






Masing-masing daerah di Indonesia biasanya memiliki cerita rakyat seputar tokoh atau pendiri daerah itu. Salah satunya yang bisa Anda dengar adalah kisah Prabu Anglingdarma dari Kota Bojonegoro, Jawa Timur. Cerita tentang Prabu Anglingdarma semakin populer sementara sekitar tahun 2002 sebuah stasiun televisi swasta   mencoba memproduksi sinetron laga bertema kisah kepahlawanan tokoh tersebut.



Tayangan sinetron Anglingdarma saat itu banyak penikmatnya. Anak-anak bahkan orang dewasapun selalu merindukan tayangan tokoh yang diidolakannya itu. Apalagi sang pemeran adalah aktor ganteng berpostur tegap. Penampilan sang aktor seolah membius dan membuat penikmatnya berangan-angan serta mencoba membayangkan sosok  Anglingdarma yang sebenarnya.


Ketokohan dan kisah kepahlawanan Prabu Anglingdarma tak hanya muncul di sinetron TV saja. Anglingdarma memang benar-benar pernah ada. Beberapa daerah di Jawa Tengah dan Barat saling mengklaim kalau Anglingdarma merupakan pahlawan daerahnya. Konon di daerah-daerah yang mereka klaim itu juga memiliki jejak Anglingdarma. Mana yang benar? Hanya Tuhan lah yang tahu!



Namun masyarakat Jawa Timur pada umumnya juga sangat meyakini kalau Prabu Anglingdarma memang menjadi tokoh cikal bakal berdirinya Kota Bojonegoro yang kala itu bernama "Bojanagara". Di Desa Wotangare, Kalitidu-Bojonegoro itulah jejak (petilasan) Anglingdarma berada.


Anda atau traveler lain yang penasaran dengan kisah Anglingdarma bisa saja mendatangi petilasan beliau. Namun Anda tak perlu kaget, petilasan atau jejak peninggalan Prabu Anglingdarma itu berada di tengah-tengah area persawahan milik warga Desa Wotangare. 



Saat bertandang ke sana pada pertengahan Desember 2014 yang baru lalu, saya sempat terkecoh beberapa kali karena kesulitan menemukan jalan masuk menuju situs petilasan. Jalan menuju padepokan dimana petilasan berada sedikit memprihatinkan.


Jalan itu merupakan jalan pematang sawah namun ukurannya sedikit lebar. Nelangsanya lagi jalan setapak itu menjadi becek bila musim hujan tiba seperti sekarang ini. Di sisi lain Andapun akan merasa puas memandangi persawahan warga yang luas dan menghijau. 

Persis di depan padepokan, Anda akan melihat dua gapura yang ukurannya cukup besar. Persis di depan gapura masuk padepokan terlihat hamparan persawahan milik warga. Padepokan ini nyaris tak memiliki halaman parkir kendaraan roda 2.

Bila berkunjung ke petilasan Anglingdarma biasanya pengunjung termasuk saya menempatkan kendaraannya di halaman depan depan gapura yang ukurannya hanya cukup untuk parkir 1 atau 2 sepeda motor saja.


Siang itu suasana petilasan nampak sepi. Juru pelihara sedang tidak ada di tempat. Hanya Pak mudji, seorang petani yang setia menemani dan mengantar saya sampai ke petilasan. Saya mencoba memberanikan diri memasuki kain kelambu yang membungkus petilasan Anglingdarma itu, sementara Pak mudji duduk-duduk di lantai padepokan.


Biasanya sebuah petilasan atau jejak meninggalkan benda-benda purbakala berupa arca, batu purbakala atau bahkan sebuah candi. Namun berbeda dengan petilasan Anglingdarma ini. Hanya potongan-potongan batu bata kuno saja yang saya lihat di dalam kelambu itu.


Sebagai warga asli Desa Wotangare, Pak mudji mengaku tak banyak tahu tentang petilasan Anglingdarma ini. Sedikit ironis memang, sebagai warga asli saja mengaku tak tahu cerita rakyat setempat apalagi saya yang hanya pengunjung petilasan itu. 



Berdasarkan cerita yang Pak mudji dengar dari nenek moyangnya terdahulu, Anglingdarma ini seorang raja yang bukan saja gagah berani dan sanggup menaklukkan musuh-musuhnya dengan mudah. Dia juga memiliki kesaktian yang unik yakni mengerti kata hewan.



Menurut catatan sejarah yang saya gali dari Mbah Google diketahui kalau Prabu Anglingdarma itu masih cucu keturunan Raja Jayabaya, seorang raja yang sangat terkenal dengan ramalannya itu. Jayabaya pernah memerintah Kerajaan Kadiri (Kediri) di Jawa Timur. Dengan "aji ginengnya" itu, ia sanggup mengerti pembicaraan hewan.


Kini jejak peninggalan beliau nyaris tak ada, hanya beberapa potongan bata purbakala yang terletak di tengah area persawahan warga Desa Wotangare. Mau tak percaya bagaimana, buktinya pemerintah daerah setempat juga sangat meyakini dan mengakui kalau Kota Bojonegoro memang menjadi asal raja yang ketokohannya ini dijadikan serial sinetron.

0 komentar:

Posting Komentar